Ini cerita sekilas tentang Ramadhan tahun lalu (sebenarnya selalu terjadi setiap Ramadhan) ketika Badrun menjalani puasanya di sebuah kampung di pinggiran Ibu Kota. Malam itu adalah malam tanggal 1 bulan Ramadhan atau malam pertama melaksanakan Shalat Taraweh, sama seperti orang "Islam" lainnya malam itu Badrun datang ke masjid lebih awal karena khawatir tidak kebagian shaf di dalam Masjid (kalaupun ga kebagian shaf terdepan). lebih dari 15 menit menjelang masuk waktu shalat Isya Badrun telah memasuki ruang Masjid An-nur, Alhamdulillah bisa shaf terdepan.
Malam berlalu dan siang pun menjelang, Badrun menjalani hari pertama puasa dengan penuh semangat (ini juga sama seperti orang "Islam" lainnya). Siang hari pertama rata-rata warung penjual makanan di bawah jam 4 sore terlihat tutup, jalanan agak sepi, mungkin karena banyak orang yang puasa jadi malas kemana-mana sehingga jalanan "ga terpakai".
Hari demi hari berlalu, telah habis seminggu bulan Ramadhan dilalui. Badrun mulai kehilangan gairah dalam beribadah Ramadhan (masih sama seperti orang "Islam" lainnya). Tetapi tidakseperti yang lain Badrun berusaha tetap Istiqomah. Siang itu memasukki minggu ke-2 Ramadhan Badrun menemani ust. Azhari jalan-jalan keliling kampung. Di sepanjang jalan yang dilalui Badrun dan ust.Azhari terlihat sudah banyak warung makan yang menyediakan makanan di siang hari (di bawah jam 4 sore) juga sudah banyak yang makan siang hari di warung makan tersebut (walaupun ada tirainya, masih kelihatan kaki orang yang duduk sedang makan dari luar).
Siang itu sambil terus berjalan ust.Azahri memberikan wejangan kepada Badrun (wejangan ini hanya untuk Badrun); ustad berkata:
"Allah Azza wa Jalla dalam firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 183, memanggil orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa. kesimpulan dari ayat tersebut adalah satu hal yang harus kau pahami yaitu jika kau benar-benar beriman kepa Allah, tidak Kafir, tidak Musrik, dan tidak gila, maka kau wajib melaksanakan puasa. Jika kau meninggalkan puasamu bukan karena uzur, maka tidak akan diterima walaupun kau meng-qadanya seumur hidup."
Sesampainya di rumah, satu hal yang terngiang di benak Badrun, yaitu bahwa dia tahu sebenarnya pemilik warung makan yang menyediakan makanan di siang hari dan orang-orang yang makan di warung tersebut bukanlah orang kafir, Badrun tahu mereka juga bukan orang yang musrik. "ooo... berarti mereka orang gila..., tapi mereka Islam kok" gumam Badrun dalam hati.
Semoga difahami
Salam cinta secinta-cintanya
(^_^)
3 komentar:
Sepakat dengan postingan ente, disinilah terlihat perbedaan kualitas keimanan seorang muslim yang memang merasa dipanggil oleh Rabb-nya.
Nah sekarang yang ane mau tanya tuh org yg makan diwarung org muslim (kaffah) atau org "kebetulan" Islam {karena dilahirkan dari keluarga muslim) he.. he..
Whatever lah, yang penting nice post :)
Yang dipanggil untuk berpuasa adalah orang yang beriman, bukan orang Islam. Orang beriman kepada Allah sudah pasti dia Islam, tapi kalau orang yang islam belum tentu beriman. Semoga Allah memberikan Hidayah kepada mereka-mereka yang memilih tidak puasa bukan karena udzur...
Semoga Kita semua termasuk orang Islam yang Kaffah, Amiin...
Posting Komentar
Coment's box (No spam, No Porn)