Cinta Dari Taman Surga

Pagi kembali hadir di kota Jakarta, kesibukan harian ibu kota kembali terasa, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di gedung-gedung mewah, di gubug reot pinggir kali, semua orang sibuk dengan masalah mereka masing-masing.
Itulah Jakarta, setiap hari kota ini selalu menghadirkan cerita yang hampir sama. Setiap hari jutaan wajah cerah dan wajah yang penuh masalah tumpah ruah di Jakarta.

Pagi itu di salah satu pojok kota Jakarta, seorang pemuda bernama Muhammad Hasan Ali baru saja bangkit dari sajadahnya,



setiap pagi di pojok Kota Jakarta, Hasan selalu memulai harinya dengan shalat dhuha. Selesai shalat Hasan langsung bergegas meninggalkan istananya yang berukuran 4x5 meter berupa petak kontrakan yang dihuninya bersama dua orang temannya Ahmad dan Feri.

Hasan dan temannya tinggal di belakang Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dua orang temannya bekerja di Sudirman Central Business District (SCBD), sementara Hasan mengisi harinya di sebuah toko tak jauh dari tempat tinggalnya, Hasan membuka sebuah toko alat tulis, fotocopy dan percetakan di samping kampus UMJ, ia bisa membuka usaha itu berkat pinjaman modal dari Pak Roni seorang pengusaha kaya.

"Asalamualaikum, Selamat pagi....!!!" adalah dua kalimat yang setiap hari keluar dari mulut Hasan menyapa Asep dan Dewi, dua orang teman yang membantunya di toko.

Setiap hari Hasan menjalankan aktivitasnya di toko itu. Hasan membuka tokonya setiap hari mulai jam tujuh pagi sampai jam sepuluh malam. Setiap Hari Hasan bekerja lima belas jam kecuali setiap selasa malam rabu Hasan pulang lebih awal untuk dapat mengikuti Tarbiyah di Majelis Azzikra (Pesantren Yatama Azzikra) asuhan Ustad H. M. Arifin Ilham. Selain mengikuti Tarbiyah, di Azzikra Hasan juga sambil membantu temannya jualan Buku-buku dakwah, VCD/DVD ceramah, dan minyak wangi.

Hasan adalah pemuda asal Padang-Pariaman dulunya juga seorang mahasiswa UMJ, tapi sejak ayahnya meninggal setahun yang lalu ia tidak bisa lagi melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya dan ia pun kini harus bertanggung jawab untuk membiayai sekolah adiknya yang masih duduk di bangku SMP. Sejak itulah Hasan memutuskan berhenti kuliah dan memilih memulai usaha dengan bantuan dana dari seorang pengusaha. Bagi Hasan belajar tidak harus kuliah, belajar bisa dimana saja karena yang terpenting baginya bukanlah Ijazah dengan nilai tinggi tetapi ilmu yang bermanfaatlah yang ia cari.

@@@@
Hari ini adalah hari selasa, seperti biasa jam lima sore Hasan telah siap-siap berangkat ke Azzikra. Dengan menggunakan motor dan kecepatan sedang Hasan tiba di Azzikra pas azan magrib (Majelis Azzikra: Perumahan Mampang Indah 2 Sawangan Depok-Jawa Barat). Setelah selesai shalat magrib Hasan langsung menuju Lapak temannya (Aris) persis di sampaing Mesjid Al-Amru Bittaqwa Azzikra, dalam waktu singkat Hasan dan Aris telah selesai men-display (menata) dagangan mereka. di sebelah kiri telah berjejer aneka minyak wangi (parfum) non alkohol berbagai merek, di tengah-tengah ada berbagai macam VCD/DVD (lengkap dengan DVD Player dan sebuah monitor kecil untuk sampel) yang berisi tausiyah Kiyai/ Ustad terkenal, di antaranya adalah Best tausiyah dan zikir dari Ustad H. M. Arifin Ilham, kumpulan ceramah Ustad H. Yusuf Mansur, kumpulan Shalawat dan tausiyah Habib Hasan bin Ja'far (Nurul Mustafa), kumpulan Ceramah Habib Munzir Al-Munsawa (Majelis Rasulullah), juga ada berbagai macam Nasyid dan qasidah. Sementara di sebelah kanan tersusun rapi berbagai macam buku dakwah dan buku-buku agama Islam, serta berbagai macam peci dan aneka tasbih.


Setelah selesai men-display dagangan Hasan kembali ke dalam mesjid untuk mengikuti ta'lim rutin antara Magrib dan Isya bersama Ustad H. M. Abdul Syukur (Atau Assatid Azzikra lainnya) membahas Al-Quran atau Hadits.

Malam itu Ustad membahas kandungan Al-Quran Surat 'Ali-Imran:14 ("Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)").

Ustad menjelaskan:
"Menurut Imam Qurthubi, mengapa dalam ayat ini Allah SWT mendahulukan kata 'WANITA-WANITA' sebelum kata anak-anak dan harta benda , ialah karena kebanyakan manusia lebih menginginkan wanita dari pada yang lainnya. Selain itu juga karena wanita merupakan jerat-jerat setan yang menjadi fitnah bagi kaum laki-laki. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya: "Tiadalah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada WANITA (HR. Bukhari dan Muslim).""

Ustad melanjutkan:
"WANITA adalah FITNAH terbesar dibanding yang lainnya, sebagaimana dijelaskan Imam Qurthubi bahwa Rasulullah SAW pun sebagai manusia tak luput dari rasa cinta terhadap wanita. Dari Annas bin Malik RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Disenangkan kepadaku dari urusan dunia wewangian dan wanita (HR. Ahmad, dengan sanad hasan)", dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW mengingatkan "Dunia adalah perhiasan dan SEBAIK-BAIKnya PERHIASAN adalah WANITA SHALIHAH (HR. Muslim).""
*******

Ta'lim ini berlangsung sampai masuk waktu Isya. Setelah selesai shalat Isya Hasan segera bergegas kembali ke tempat Aris, karena habis Isya jama'ah keluar dari masjid menuju pesantren Yatama Azzikra untuk mengikuti Ta'lim selanjutnya (Jarak antara Masjid Al-Amru Bit-Taqwa dengan Pesantren Azzikra lebih kurang 100 meter dengan jalan sedikit menanjak), dan pada waktu inilah biasanya banyak jama'ah yang membeli dagangannya. Hasan melayani pembeli yang ingin membeli buku dan peci atau tasbih sementara Aris melayani untuk pembelian VCD/DVD dan minyak wangi, begitulah setiap pekannya Hasan dan Aris selalu kompak.


Setelah semua jama'ah meninggalkan mesjid dan berkumpul di halaman Yatama, Hasan dan Aris pun segera ikut menyusul ke Yatama. Barang dagangannya dititipkan sama pak Gozali sekurity (petugas parkir) yang selalu berjaga di mesjid selama pengajian berlangsung di Yatama sampai jam sembilan malam. saat pengajian selesai Hasan dan Aris kembali sibuk melayani pembeli.

Pak Gozali sangat senang membantu mereka.

"nntar isi ceramahnya ceritain lagi ke aku ya...!" itulah titipan rutin dari pak Gozali pada Hasan dan Aris.

HAsan dan Aris tiba di halaman Yatama saat pengajian sudah dimulai, ternyata ustad yang memberikan tausiyah adalah ustad Abuya Jamaaluddin Al-Waliy, Buya merupakan ulama ahli Fiqih kharismatik berdarah Minangkabau dan Aceh yang juga merupakan mertua dari Ustad Arifin Ilham. Dalam Tausiyahnya Buya menjelaskan keutamaan sedekah.

Buya menjelaskan:
"Sedekah dapat melapangkan rizki, menolak bala/bencana, memudahkan jodoh dan lain sebagainya. Tapi ingat Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5 bahwa seharusnya kita sebagai manusia beribadah/ menyembah Allah terlebih dulu baru akan menerima pertolongan. Banyak orang yang berkata: Aku akan sedekah jika usahaku sukses atau jika tujuanku tercapai dan sebagainya, tapi sangat jarang ada orang yang bersedekah sebelum memulai usahanya. Maka mulai malam ini kita harus ganti polanya, yaitu sebelum berangkat ikhtiar kita bersedekah dulu, maka Insya Allah urusan kita akan dimudahkan oleh Allah Ta'ala, Amin...."

@@@@

Jam sembilan lewat sepuluh menit pengajian selesai, para jama'ah bubar meninggalkan Yatama. Hasan dan Aris segera menuju dagangan mereka, waktu pengajian selesai adalah puncaknya jual beli. Selama kurang lebih setengah jam mulai dari selesainya tarbiyah sampai sepinya jama'ah, Hasan dan Aris sibuk melayani pembeli.

Waktu menunjukan hampir jam sepuluh malam, jama'ah sudah sepi, meskipun masih ada beberapa orang jama'ah yang masih istirahat atau shalat sunat di masjid. Sudah tidak ada lagi pembeli, Hasan mulai mengemasi barang dagangannya sendirian karena seperti biasa Aris sedang pergi membeli makan malam.

"Alhamdulillah..... banyak yang laris, terima kasih Ya Allah..." Gumam Hasan dalam hati sambil terus mengemasi dagangannya.

Hasan membayangkan, jika ada lebih banyak pengajian setiap minggunya dan dagangannya selalu laris maka hidupnya akan lebih makmur dan lebih berkecukupan, dia akan punya cukup uang untuk membawa ibunya tinggal bersamanya di Jakarta, dan ibunya akan naik haji, lalu dia juga membayangkan akan menikah dengan seorang gadis cantik yang shalehah, gadis khayalan berjilbab lebar yang selama ini selalu bermain di fikirannya saat dia teringat pada sebuah pernikahan.....
Kemudian Hasan teringat akan tausiyah Buya saat tarbiyah tadi bahwa sedekah dapat melapangkan rezki.

"nanti setelah Aris datang dan memberiku bagi hasil dari penjualan malam ini, akan aku sedekahkan setengahnya...." bisik Hasan dalam hatinya.

"Sudah mau tutup ya bang...?" seuntai suara halus dan lembut membangunkan Hasan dari lamunannya.

Hasan segera menoleh ke arah datangnya suara, di depannya berdiri dua orang perempuan yang satunya berumur setengah baya dan satunya lagi seorang gadis kira-kira seusia dengannya memakai gamis warna krem dengan jilbab lebar berwarna putih, sekilas Hasan melihat mata gadis itu indah dan bening, kulit wajahnya yang putih ditambah senyumanya yang manis membuat jantung Hasan berdetak kencang, segera Hasan beristighfar. Hasan benar-benar tidak menyangka saat dia menghayal punya istri cantik shalehah, tiba-tiba di hadapannya berdiri seorang gadis yang sama persis dengan yang ada dalam hayalannya.

"dah mau nutup bang...?" kembali gadis itu mengulang pertanyaannya, karena Hasan terdiam.

"be... belum.. ini masih beres-beres.. nyari apa bu'.. m..mba'...?" jawab Hasan sedikit kagok.

"minyak wanginya berapaan bang...? gadis itu bertanya sambil menunjukkan sebotol parfum.

"kalo yang itu lima belas ribu saja mba'? jawab Hasan, sedikit lebih tenang.

"Aku beli yang ini satu ya ma....?" gadis itu berkata kepada wanita setengah baya yang ada di sampingnya yang ternyata adalah  mamanya.

kemudian sang mama mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya, dan menyerahkan pada Hasan.

"ga' ada uang kecil ya bu'...?" tanya Hasan.

"wah ga' ada mas.." jawab si ibu.

"waduh.... ga' ada kembaliannya bu', soalnya teman saya lagi beli makan dan semua duit receh dibawa sama dia, kalau ibu dan mba' ga' buru-buru tunggulah sebentar sampai teman saya kembali mungkin beberapa saat lagi..."

"oooohhhh.....ga' apa-apa mas.... soalnya kita juga buru-buru, tantenya sudah nungguin di mobil. kembaliannya ntar tolong masukin ke kotak amal mesjid aja ya mas... maaf ya mas..." si ibu berkata sembari berlalu pergi bersama putrinya.

"mari bang...." putri si ibu mohon diri sambil tersenyum pada Hasan.

"ba... baik bu' ntar infak ibu akan saya laksanakan. Terima kasih ya bu' mm... mba'...." senyuman putri ibu itu kembali membuat Hasan terbata-bata.

"cantik sekali anak ibu itu, siapa ya namanya...?" Hasan bergumam dalam hati.

Hasan kembali melanjutkan mengemasi barang dagangannya hingga selesai. Tak lama kemudian Aris datang membawa makanan, selesai makan mereka membagi hasil dagangan. Sebelum pulang mengantar barang dagangan ke rumah Aris yang tak jauh dari Azzikra, sesuai janjinya Hasan kembali ke sekretariat Yatamma Azzikra untuk menginfakan setengah bagiannya dari keuntungan penjualan malam itu, serta memasukan uang kembalian ibu tadi ke kotak amal mesjid.

sejak malam itu Hasan tidak pernah lagi melihat gadis cantik bersama ibunya itu di Azzikra.

@@@@
Dua tahun pun berlalu..........

Usaha percetakan dan toko alat tulis yang dijalankan Hasan telah mengalami kemajuan pesat, usaha yang tadinya hanya ada satu di samping kampus UMJ sekarang sudah membuka tiga gerai lagi yaitu satu di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, satu di komplek Universitas Gunadarma Bekasi dan satu lagi di dekat kampus BSI Salemba. Hasan kini telah sukses, semua yang dulu pernah diimpikannya kini telah menjadi kenyataan, kini ia telah bisa mengajak ibu dan adiknya tinggal bersama di rumah pribadinya di Jakarta, ia pun telah memberangkatkan ibunya beribadah haji ke Tanah Suci. Tapi masih ada satu yang belum tercapai yaitu Hasan masih jomblo alias belum menikah, ia belum berhasil menemukan gadis impiannya.

Siang itu Hasan mengunjungi Pak Roni. Pak Roni adalah orang yang paling berjasa dalam kesuksesan bisnis Hasan, karena dari modal pinjaman pak Roni lah Hasan bisa menjadi seperti sekarang ini. Seperti biasa, Pak Roni dan Hasan kalau lagi ngobrol bisa menghabiskan banyak waktu, mereka membahas apa saja mulai dari masalah bisnis sampai masalah agama juga masalah lainnya.

"kamu kan sudah sukses, kapan kamu akan menikah...? menikah itu ibadah lo nak..." Pak roni membuka obrolan siang itu dengan sebuah pertanyaan yang membuat Hasann tertegun.

"eummmmm... sebenarnya saya juga lagi ikhtiar pak, nyari calon istri...." Hasan menjawab sedikit terbata.

"oooo... kamu lagi nyari calon bini toh...? malu ya... minta cariin sama saya..? pada hal bapak punya calon lho buat kamu.." Pak Roni memotong kalimat Hasan.

"bapak serius...?" tanya Hasan Penasaran.

"yeeee... jadi kamu pikir bapakmu ini bergurau..?" Ibu Ely, istrinya Pak Roni memotong kalimat Hasan.

"aku serius nak... tapi aku perlu tau dulu kriteria gadis impian kamu seperti apa, sebelum aku menyuguhkan seseorang pada kamu" Pak Roni menambahkan.

"ya... bagi saya sih wajahnya cantik ga' apa-apa pak, yang penting anaknya shalehah..." jawab hasan sambil tersenyum.

"ga' ada syarat lain....?" kembali pak Roni bertanya kepada Hasan yang sudah seperti anaknya sendiri.

"ada sih pak.. sebenarnya ibu saya ingin saya menikah dengan gadis Minang pak, tapi kalo memang bapak punya calon bukan orang Minang asal shaleha Insya Allah ibu saya bisa menerima pak" jawab Hasan lemah, karena dia tahu pak Roni adalah orang keturunan Betawi dan Makasar, tapi istri pak Roni adalah orang Minang Bukittinggi.

"semua kriteriamu dipenuhi oleh calon yang akan saya jodohkan denganmu nak, dia adalah gadis Minang yang cantik dan shalehah Insya Allah, dia adalah anak dari sepupuku di Bukittinggi, sekarang dia lagi kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta, sebulan lagi dia akan wisuda, kamu bisa menemuinya di rumah ini sebulan lagi..." Ibu Ely bertutur sambil tersenyum.

"Tapi apa dia mau menerima saya bu'...? saya kan bukan sarjana" hasan sedikit ragu.

"tapi kamu kan orang kaya, hehehehe....... insya Allah dia tidak akan menjadikan dunia sebagai patokan untuk calon suaminya, lha wong dia sendiri yang bilang sama ibu' bahwa dia minta dicariin suami yang ganteng dan sholeh. nah menurut saya kamulah orang yang cocok untuknya" ibu' Ely meyakinkan Hasan dengan nada bercanda.

"jadi GR saya dibilang ganteng sama ibu', tapi kalau dibilang shaleh saya jadi malu sama Allah..... ada fotonya bu'.. boleh saya lihat..?" jawab Hasan sambil tersenyum.

Ibu' Ely masuk ke dalam kamar dan keluar membawa sebuah foto.

"nah.. ini anaknya... cantik ga...?" bu Ely menyodorkan selembar foto kepada Hasan.

Saat melihat foto yang dipegangnya Hasan merasa seperti pernah melihat gadis itu, tapi dia ragu karena dia sendiri juga lupa kapan dan dimana ia pernah melihat gadis itu.

"subhanallah.... baiklah kalau memang dia mau menerima saya insya Allah saya juga akan menerima dia, saya percaya sama bapak dan ibu" Hasan yakin dengan keputusannya.

"ya sudah sana lapor sama ibumu, ntar bulan depan ajak ibumu ke sini untuk melihat calon menantunya..." jawab pak Roni.

"tapi boleh saya tahu nomor HPnya ga' pak" tanya Hasan semangat.

"ga' boleh... ntar kamu malah telpon-telpon dia, Saya tahu kamu suka merayu cewe di telpon... itu ga' baik, tau...?" jawab Pak Roni tersenyum.

"kalau begitu saya permisi pulang dulu pak, bu'.. insya Allah bulan depan saya akan ajak ibu saya ke sini. asalamualaikum.."

"waalaikum salam"

@@@@
Sebulan kemudian...........

Mentari pagi bersinar cerah, angin bertiup lembut, jalan-jalan Ibu Kota kembali penuh oleh orang-orang yang tampak semangat menjalani harinya. Begitu juga dengan Hasan, mobil Toyota Avanza yang dikemudikannya melaju pelan membelah Jakarta. Hasan dan ibunya (Bu' Cahya) sedang dalam perjalanan menuju rumah Pak Roni untuk melihat calon istri yang dijanjikan Pak Roni dan Bu' Ely sebulan yang lalu. Dengan perasaan yang harap-harap cemas Hasan terus mengemudi.

Satu jam kemudian Hasan dan ibunya telah tiba di rumah Pak Roni, mereka disambut senyum oleh bu' Ely.

"Mari masuk bu' Cahya, kasian tuh Hasan keliatannya udah ga' sabar mau liat calon istrinya" bu' Ely mempersilakan Hasan dan ibunya masuk sambil menggoda.

Jantung Hasan berdetak semakin kencang, mukanya memerah, tapi sekuat tenaga ia menghilangkan geroginya. Setelah sampai di ruang tamu selain pak Roni Hasan tidak melihat siapa-siapa. Hasan semakin penasaran ingin segera melihat orang yang akan menjadi bidadari hatinya, namun Hasan menjaga image dan berusaha tidak melirik sana sini. Kemudian bu' Ely mempersilakan duduk, dan tak lama kemudian dua gelas minuman dingin membasahi tenggorokan Hasan dan ibunya.

"tunggu apa lagi...? sana panggil Lynda dan ibunya...!!" Pak Roni meminta bu' Ely memanggil seorang bernama Lynda.

"Lynda...? apakah namanya Lynda...?" Hasan berbisik dalam hati dengan wajah yang terus menunduk.

Tak lama kemudian dari sebuah ruangan bu' Ely keluar bersama dua orang, Hasan masih menunduk.

"Bu' Cahya, kenalkan ini kakak sepupu saya namanya Uni Mayang, dan ini putrinya yang mau dijodohkan sama Hasan namanya Lynda, Aisyah Sukma Lynda," bu' Ely memperkenalkan orang disampingnya kepada Ibu Hasan.

"wah......... kalau kamu sampai menolak yang ini ibu akan marah besar pada mu Hasan..." tutur bu' Cahya pada Hasan.

Hasan yang dari tadi hanya menunduk mengangkat wajahnya, ketika matanya menatap dua orang di samping bu' Ely Hasan kaget luar biasa, dia merasa pernah melihat dua orang itu sebelumnya, seorang ibu setengah baya bersama putrinya yang bermata indah berkulit putih.

Tiba-tiba sang gadis cantik bernama lynda itu berlari kembali ke dalam kamar semua yang hadir heran, tapi Hasan masih terlihat berfikir keras mengingat kapan dan dimana dia pernah melihat gadis cantik bersama ibunya itu.

Sesaat kemudian Lynda kemabali ke ruang tamu membawa sesuatu di tangtannya.

"minyak wanginya berapaan bang....?" Lynda berkata sambil memperlihatkan sebotol parfum pada Hasan.

Menyaksikan keanehan itu semua yang hadir semakin heran kecuali Uni Mayang dia mengambil selembar uang seratus ribu dalam dompetnya dan menyodorkan pada Hasan.....

"kalau yang itu lima belas ribu saja, tapi ga' ada duit receh nih buat kembalian, heheheee..." Hasan menjawab sambil tertawa kecil.

"ooooooo... Jadi kalian sudah saling kenal...?" Pak Roni bertanya keheranan.

"kami memang belum kenal, tapi kami pernah bertemu dua tahun yang lalu di majelis Azzikra" Uni mayang menjelaskan.

"Jadi gimana nak Lynda..? kamu mau menikah sama Hasan anak ibu'..?" Bu' Cahya bertanya pada Lynda.

"gimana ga' mau.. pastinya Lynda mau banget, buktinya minyak wangi yang dia beli dari Hasan dua tahun yang lalu masih dia simpan sampai sekarang, waktu itu katanya dia sangat terpesona dengan pemuda penjual miyak wangi di Azzikra ini... iya kan Lynda..?" Uni Mayang menjawab pertanyaan bu' cahya sambil menggoda anaknya.

"Ibu... jangan buka-buka rahasia napa..... aku kan jadi malu" Lynda menanggapi kata-kata ibunya sambil tertunduk malu.

"mantap lah kalo begitu, berarti kalian telah saling cocok, minngu depan kalian akan bertunangan dan dalam waktu singkat kalian harus menikah, kebaikan itu harus disegerakan... betul ga' bu' Cahya" Pak Roni menuturkan.

"bagaimana sebulan setelah tunangan kalian langsung menikah...?" bu Cahya menimpali.

"Aku sih bagaimana baiknya aja..., kalau Lynda sudah siap insya Allah aku juga siap" Jawab Hasan.

"Alhamdulillah....." koor suara Pak Roni, bu' Ely, bu' cahya dan Uni Mayang.

@@@@

Sebulan lebih telah berlalu, Hari pernikahan Hasan dan Lynda telah tiba. Semuanya berjalan lancar. Setelah ijab Qabul Hasan mengucap Takbir sambil sujud syukur begitu juga dengan Lynda. Hasan bertakbir dan bersyukur mengagungkan Allah yang telah mewujudkan semua mimpi-mimpinya. Hasan menyaksikan Betapa Janji Allah itu benar dan Allah tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya.

Sementara Lynda bersyukur karena telah dipertemukan kembali dalam ikatan yang kokoh dengan seorang pemuda yang dulu membuat ia terpesona.

Hasan dan Lynda hidup bahagia kini dan selamanya, Insya Allah.......



Semoga bermanfaat
Salam Cinta secinta-cintanya


(^_^)

SYAIFUL PUTRA
www.ipulstory.blogspot.com


Baca Juga Artikel Berikut:

0 komentar:

Posting Komentar

Coment's box (No spam, No Porn)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by IPUL