Malin Kundang (Ibunya Durhaka)

Pernahkah anda mendengar nama Malin Kundang, Yusuf Mansur dan Syaiful Putra....?? Jangan katakan tidak pernah...!  Semua orang Indonesia yang pernah sekolah minimal Sekolah Dasar, bisa dipastikan pernah mendengar nama Malin Kundang.... Semua orang Indonesia yang pernah menonton Televisi terutama umat Islam, juga bisa dipastikan pernah mendengar nama Ustad Yusuf Mansur....... Semua orang yang pernah mengunjungi blog ini, lebih-lebih yang suka membaca blog ini, juga bisa dipastikan pernah tahu nama saya Syaiful Putra.....

(^_^)


Lalu....... apa hubungannya saya dengan Malin Kundang dan Yusuf Mansur....??
Jawabannya, hubungan kami baik-baik saja.... hehehee.....

:-D



Begini....!!!!!!!
Malin Kundang adalah cerita rakyat dari Sumatera Barat yang mengisahkan kedurhakaan seseorang.............
Yusuf Mansur adalah seorang ulama (ustad) yang sangat terkenal, beliau telah menulis banyak buku, beliau adalah pengasuh Pesantren Penghafal Al-Quran PPPA Daarul Quran.....
Saya Syaiful Putra adalah pemilik blog dan penulis artikel ini yang akan mengemukakan beberapa kesamaan dan perbedaan antara Malin Kundang dengan Yusuf Mansur............

MALIN KUNDANG VS YUSUF MANSUR

Malin Kundang dan Yusuf Mansur sewaktu kecil adalah kebanggaan orang tuanya, mereka adalah obat jerih pelerai demam bagi ibunya. Namun seiring berputarnya waktu, anak laki-laki yang tadinya diharapkan akan menjadi kebanggaan keluarga ternyata menyimpang dari jalan kebenaran. Malin Kundang dan Yusuf Mansur sama-sama menyakiti hati ibunya, bahkan Yusuf Mansur mencoreng nama baik keluarganya.
Sepulangnya dari merantau Malin Kundang yang kaya raya tidak mau lagi mengakui perempuan yang telah melahirkannya itu sebagai ibunya sehingga Malinkundang pun dicap sebagai “anak durhaka”...............
Sedangkan Yusuf Mansur, memasuki usia dewasanya beliau berubah menjadi seorang penipu, berawal dari gagalnya sebuah bisnis yang dirintisnya, kemudian beliau terlibat dalam bisnis-bisnis haram yang dilarang agama, menciptakan masalah demi masalah untuk menutupi masalah lama,  bahkan Yusuf Mansur sempat dua kali dijebloskan ke dalam penjara....... (baca buku: Mencari Tuhan yang hilang, yang ditulis sendiri oleh Ustad Yusuf Mansur)
Hati ibu mana yang tidak sakit mendapat perlakuan seperti itu. Malinkundang tidak mau mengakui ibunya, sedangkan Yusuf mansur  “mencorengkan arang di kening ibunya”.

Tetapi sesuatu yang sangat membedakan antara Malinkundang dengan Yusuf Mansur adalah kisah “kedurhakaan” dan ending dari kisah mereka berdua.
Kisah kedurhakaan Malinkundang yang hanya berlangsung beberapa waktu (sangat singkat), yaitu saat kapal si Malin berlabuh di pantai kemudian ibunya datang dan si Malin tidak mau mengakuinya. Kisah kedurhakaan Malinkundang harus berakhir dengan sangat tragis, Malinkundang menjadi batu setelah dikutuk oleh ibunya sendiri, Malinkundang tidak diberi kesempatan untuk merenungi kesalahannya........... hukuman terberat itu langsung diterimanya........
Sedangkan Yusuf Mansur menyakiti hati Ibu dan keluarganya selama bertahun-tahun. Masalah demi masalah yang dibuatnya melibatkan orang-orang yang sama sekali tidak mengerti kenapa ia terlibat.
Tetapi apakah Yusuf Mansur juga menjadi batu...??? jawabannya adalah TIDAK..
Setelah bertahun-tahun membuat masalah demi masalah Yusuf Mansur sekarang ini malah menjadi seorang ustad (ulama) yang sangat tersohor alias sangat terkenal.
So...........!!!!!!!
Mengapa hal itu bisa terjadi......?
Apa yang membedakan mereka berdua (Malinkundang dan Yusuf Mansur)....?
Jawabnya adalah “SEORANG IBU”
Malinkundang ibunya “durhaka”
Yusuf Mansur ibunya “tawakal dan bertaqwa”

Dalam cerita Malinkundang dikisahkan bahwa Malin telah pergi merantau sejak berusia masih sangat muda, artinya Malin sedikit sekali mendapat pendidikan dari ibunya atau pendidikan seorang ibu yang diterima Malin tidak optimal, karena ia “terpaksa” merantau di usia muda untuk mengurangi beban ibunya......
Setelah sukses menjadi saudagar kaya, Malin kembali ke kampung untuk melepas kerinduan. Lalu setelah beberapa saat kapalnya bersandar di pelabuhan kemudian ibunya datang dan berkata:
“Malin ini ibu nak, ibu sangat rindu padamu”.
Karena malu punya ibu yang miskin, Malin tidak mau mengakui perempuan itu sebagai ibunya.
“Tidak.......... kau bukan ibuku, ibuku tidak seperti ini....”
Kemudian Malin memutuskan kembali berlayar. Beberapa saat setelah kapal Malin beranjak dari pelabuhan, ibunya berkata:
“kau durhaka Malin....., terkutuklah kau jadi batu”
Allah mengabulkan kutukan itu dan Malinkundang pun jadi batu.

Disinilah letak perbedaan antara ibu Malinkundang dengan Ibunda Yusuf Mansur.
Ibu Malinkundang seakan tidak ikhlas dengan semua pengorbanannya sehingga baru pertama kali kecewa pada anaknya, ibu si Malin langsung menjatuhkan kutukan pada anaknya saat itu juga.

Sedangkan Ibunda Yusuf Mansur sangat mencerminkan keikhlasan seorang ibu yang bertahun-tahun disakiti dan menanggung malu akibat perbuatan anaknya tidak pernah menjatuhkan kutukan pada putranya itu, bahkan tidak berkata yang jelek-jelek tentang anaknya.
Dalam beberapa kesempatan, sering kali Ustad Yusuf Mansur mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan beliau berubah dari orang yang berakhlak jelek menjadi seorang ustad adalah karena do’a ibunya. Beliau mengatakan bahwa ibunya tidak pernah lepas dari sajadah untuk selalu berdo’a pada Allah agar anaknya mendapat hidayah dan kembali ke jalan yang benar.
Andaikan ibu si Malin melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh ibunda Ustad Yusuf Mansur, mungkin tidak akan pernah ada Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis Padang sekarang ini.

Pertanyaannya adalah, adakah “ibu-ibu Malin Kundang” lain yang hidup di zaman sekarang ini.....????
Jawabannya adalah SANGAT BANYAK......
Batapa banyak anak-anak yang dicap durhaka oleh ibunya hanya karena berbeda pendapat tentang hal-hal sepele dengan orang tuanya, hal-hal sepele misalnya; masalah sekolah pilihan, masalah pilihan jurusan di perguruan tinggi, masalah jodoh, dan lain sebagainya.

Lalu.......... jika seorang ibu kecewa/ kesal sama anaknya, bolehkah ibu itu mengutuk anaknya....???
Jawabannya adalah TIDAK......
Karena disinilah letak keikhlasan.......
*******


Mohon maaf kepada ibu-ibu diseluruh dunia juga kepada para ukhti yang telah dan akan menjadi ibu. Saya hanya ingin mengatakan, jika suatu hari ibu kecewa dengan anakmu, jangan katakan:
“anak durhaka........”
Apalagi sampai mengutuk kami jadi batu.
Jangan pernah berkata “aku kutuk kau jadi BATU...!!!!!!”
Lebih baik ibu katakan: “Aku kutuk kau jadi GANTENG.!!!!!!!!!!”
Atau “aku kutuk kau jadi KAYA RAYA......!!!!!!!”
:-)
Ibu......
Kalau kami mengecewakanmu, jangan kutuk kami.....
Selalu do’akan kami agar selalu dalam hidayah Allah.....
Setelah ibu berdo’a lalu biarkanlah Allah yang akan menentukan
Apakah kami pantas dihukum atau pantas menerima hidayah......
Terima kasih ibu..............
*******


Semoga bermanfaat
Salam cinta secinta-cintanya

(^_^)
SYAIFUL PUTRA
www.ipulstory.blogspot.com


Baca Juga Artikel Berikut:

3 komentar:

Ustaz Love mengatakan...

Salam..

Bagus sekali kisah ini.. pertama kali Ustaz Love mendengarnya.. mohon izinkan Ustaz Love menulis kembali di blog Ustaz Love dengan cara penulisan sendiri..

Cikgu Nurin mengatakan...

Doa ibu itu cepat makbul...makanya semua ibu harus berhati hati sebelum menghamburkan kata kata...

Emmm entri yang amat bagus...

Syaiful Putra mengatakan...

Terima kasih abangku akhi fillah Ustad Love dan Cikgu Nurdin telah berziarah ke blog baru yang belum sempurna ini dan terima kasih telah meninggalkan berkomentar.

silakan bagikan artikel ini, semoga bermanfaat

Posting Komentar

Coment's box (No spam, No Porn)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by IPUL